Tips Mengatasi Anak Hiperaktif

Dibawah ini ada beberapa tips yang bisa kita buat sebagai acuan dan pembelajaran untuk anak yang hiperaktif yang saya dapatkan menurut pengalaman diri sendiri.

1. Pengenalan Diri dan Lingkungan

Sebagai orang tua khususnya keluarga terdekat si anak hiperaktif amatlah perlu dan diharapkan untuk mengenalkan diri si anak sendiri dan lingkungan dimana tempat si anak tinggal. Mulai dari perkenalan si anak dalam mengetahui dirinya sendiri. Hal ini diharapkan si anak mampu untuk menemukan jatidiri nya sendiri di kemudian hari. Juga tuntunlah ia dalam mengenali keluarga terdekat kemudian lingkungannya.

Bila perlu binatang piaraan pun wajib diperkenalkan. Untuk merangsang rasa solidarisme si anak agar mampu memberikan perhatian kepada lingkungannya. Karena tak sedikit anak hiperaktif terbentuk jiwa yang egois atau selalu ingin menang sendiri dan cuek. Memang tidak mudah untuk melakukannya tapi ada baiknya kita mencoba dengan lebih sabar.

Misalkan pengenalan tentang nama si anak, tanamkan diri pada si anak untuk mengetahui namanya. Dan kaitkan dengan tokoh dalam cerita yang dia gemari misalkan dalam tokoh Putri Salju dan Cinderella yang baik hati dan sebagainya.

Sedapat mungkin si anak harus selalu diberikan dongeng saat menjelang tidur. Dan seringlah memberikan pujian untuk anak ketika dia sedang melakukan suatu kemampuan walaupun itu kecil. Karena hal ini bisa merangsang anak untuk memberikan tempat di kehidupannya akan adanya spirit dan perhatian dari orang yang ada didekatnya. Dengan begitu dia akan berusaha selalu untuk menjadi bisa. Misalkah, "Aduh, pintar sekali adek...” atau bisa juga "Hebaaat! adek makin pinter yaa..."

2. Belajar Sambil Bermain

Siapapun yang namanya anak paling ogah dan malas kalau disuruh belajar. Apalagi untuk anak yang mempunyai keterbatasan tersebut. Sebagai orang tua kita dituntut untuk untuk memberikan yang terbaik bagi anak kita. Belajar sambil bermain adalah cara yang bijak. Untuk hal awal kita bisa lakukan pengenalan angka, warna dan huruf.

Cara yang harus kita lakukan tidak selalu serius tapi bisa dilakukan dengan santai misalkan pada saat anak mau tidur. Kita berikan dongeng dan gambar atau warna dalam desain gambar yang menarik untuk kita tunjukkan pada anak. Tidak harus banyak cukup 1 - 2 lembar aja dan itu pun bisa kita buat sendiri misalkan gambar lucu yang bisa kita ambil dari majalah lalu ditempelkan ke karton / kertas putih. Atau bisa juga kita gambar sendiri dan kita beri warna. Lalu terangkan ke anak kita tentang gambar yang kita perlihatkan itu. semua itu perlu kesabaran.

Pada awalnya mungkin dia akan cuek, tapi coba kita perlahan perlihatkan dan cara kita untuk kreatif juga amat diperlukan. Cari cara agar si anak mendapat perhatian dengan apa yang sedang kita ajarkan tapi hindari terhadap kesan memaksa karena akan berdampak buruk pada anak. Kalau sudah demikian anak akan makin merasa bosan dan jenuh. Yang dikhawatirkan si anak malah makin merasa tertekan dan memberontak.

Ciptakan suatu keadaan yang membuat anak merasa nyaman dan tenang. Hindari kekerasan atau sekedar cubitan yang membuat anak menangis. Sedapat mungkin kita harus berusaha untuk selalu bersikap dan bersifat sabar. Kita tidak perlu paksakan untuk anak yang mempunyai keterbatasan menjadi seperti anak - anak lain. Buat apa? Karena hal itu justru akan membuat anak semakin depresi. Sekali lagi kita harus sabar dan selalu berdoa semoga anak kita menjadi baik dan kita harapakan, menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

3. Hindari Kata "JANGAN !!!"

Penggunaan kata "Jangan !!!" akan membuat anak semakin ingin melakukan dan mengulang apa yang sudah dia lakukan. Dia akan merasa penasaran. Sebagai orang tua atau orang yang terdekat pada anak apabila kita melihat sesuatu yang kurang bagus sebaiknya tegur si anak dengan baik dan dengan kata-kata bijak.

Sekali lagi perlakukan anak dengan dewasa dan jangan terkesan menyepelekan karena anak cenderung merasa tidak kita hargai. Pergunakan kata - kata yang membuat anak sadar akan kesalahannya misalkan, "Ade, sayang tidak kalau buku itu disobek?"

Conclusion

Di dalam lingkungan kita tidak sedikit dan pernah kita jumpai anak seusia balita yang mengalami gangguan aktivitas dan perhatian dengan kata lain mengalami gangguan berupa hiperaktif dan gangguan kurang konsentrasi.

Sangat disarankan kepada keluarga terdekat khususnya para orang tua dalam mengajari anak Hiperaktif sebaiknya melakukan pembelajaran dengan cara kreatif sambil bermain.

Para orang tua disarankan untuk ikut serta dalam membangun kreatifitas si anak hiperaktif tersebut. Misalkan dengan mengajari anak untuk mengerti angka dan huruf dalam bentuk penuangan imajimasi kedalam tehnik mewarnai. Biasanya anak usia balita amat suka dengan pelajaran mewarnai. Selain itu perlu juga dilakukan cara pengembangan bakat sekaligus mengarahkan untuk menemukan bakat si anak hiperaktif tersebut misalkan, renang, olah raga dan bermain.

Anak hiperaktif kerap menyusahkan orang tua dalam merawatnya karena anak seperti itu terlalu banyak gerak. Anak hiperaktif juga cenderung pelupa, kurang teliti , tidak sabaran , bicaranya kasar, suka memukul dan tidak tahan stres alias mudah marah atau ngambek. Di sinilah peran serta orang tua amat dibutuhkan dalam membina mental anak hiperaktif tersebut agar bisa menjalani hidup seperti anak seusianya. Lakukan dengan cara sebijak mungkin serta sabar untuk membinanya.

Para orang tua dan pengasuh anak hiperaktif tidak perlu melakukan tindakan keras misalkan memberi cubitan atau sampai dengan tindakan memukul. Karena dikhawatirkan justru makin berdampak negatif bagi mental si anak.

Lalu pertanyaan yang timbul dalam benak kita adalah bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menghadapi anak dalam masa perkembangan seperti itu ?

Jangan pelit untuk memberikan pujian kepada anak kita saat ketika dia mampu melakukan suatu tindakan positif sehingga melatih anak untuk menangkap rasa kedekatan dan pujian dari orang terdekat yang dia cintai. Rasa kedekatan tersebut antara anak dengan orang tua akan memacu dan mendorong serta mengarahkan anak kearah yang lebih baik. Itu merupakan modal anak dalam mengungkapkan imajimasinya.

Dalam mengajari anak lakukan sambil bermain, mendengarkan dongeng dimana ada nasehat yang baik untuk anak terutama saat hendak tidur dimana gelombang otak anak sedang tenang. Sekaligus mengarahkan anak untuk belajar membaca mungkin itu lebih efektif dari pada memberi anak hukuman atau omelan yang tidak penting / kata hukuman untuk anak.

Jangan sekali-kali melontarkan kata-kata yang terkesan menyudutkan atau memaksa si anak karena dikhawatirkan justru tanpa disadari akan mendidik anak mempunyai sifat pemberontak.

Pada orang tua yang tidak mengerti dalam menghadapi perkembangan anak yang demikian justru cenderung menilai anak hiperaktif merupakan sosok anak nakal dan sulit diatur. Padahal tidak harus demikian. Jangan paksakan perkembangan anak hiperaktif untuk sama dengan anak seusianya sementara anak hiperaktif memang tidak mampu untuk berlaku seperti anak seusianya? Tidak bisa diam dan konsentrasi.

Sebagai orang tua yang memiliki anak hiperaktif harus menyiapkan mental dalam mengasuh putra atu putrinya. Peran orang tua amat dibutuhkan untuk anak hiperaktif karena anak dengan gangguan aktifitas dan perhatian sulit diasuh orang lain atau pembantu karena secara fitrah hubungan bathin antara orang tua dan anak amat dekat dan itu sudah Allah kodratkan.

0 Komentar

 
'