Gamedex

Online game addiction is compulsive or uncontrolled use of video games, in a way that causes problems in other areas of the person's life. Often considered a form of computer addiction or internet addiction, video game addiction has been an increasing concern for parents, as video games have become more commonplace, and are often targeted at children. Video games include computer games, console games, arcade machine games, and even cell phone, PDA, and advanced calculator games. 
Games can be embedded in social networking site, such as Facebook. Sometimes, when I get home from work and I’ve put my children to bed, and I’ve tidied the kitchen and I’ve eaten some toast, I will take my laptop and sit on the couch. My girlfriend, I think, assumes that I am working. In fact, I may have told him. 
But I’m not. Really, I’m playing online card game. The room is dark and still and perfectly silent, and I feel a wave of contentment as the opening credits roll and the process of immersion begins. But now, blockchain has started to change the way people interact with games, by introducing a new gaming trend: blockchain-based games giving the possibility to earn for both players and owners. At the moment, these types of games are casual and built on collecting and exchanging operations. But, the potential power of blockchain for the gaming industry is enormous. 
In the near future we expect to get unique gaming experiences with constantly evolving characters and convenient in-game transactions between different games. We’ve begun to move in this direction, and the first significant results in this area have already been achieved. 
Crypto-video games are finally here, except that they aren't. Over the past few months, a steadily increasing stream of computer games have appeared that have used cryptocurrencies in one way or another, yet despite their growing frequency only a small number of these have actually used the mechanics of Ethereum or Bitcoin to provide a decentralized gaming experience. Feel that at Gamedex (www.gamedex.co)
Read More..

Sebuah Filosofi Hidup

Dalam tulisan kali ini bercerita bahwa dalam menentukan setiap langkah dan tindakan haruslah dipikir secara cermat dan hati-hati. Apabila sudah berada pada batas kenyataan yang membuat diri ini sulit dan harus menerima hukuman atas perbuatan yang kita lakukan sebaiknya kita segera mawas diri dan mohon ampun atas segala dosa kepada Sang Pencipta dan berjanji untuk tidak mengulanginya.

Seperti kisah dalam tulisan ini, yang diangkat dari kisah hidup seorang anak manusia yang mengalami tekanan hidup namun tetap berjuang gigih untuk melepas jerat kenestapaan yang selalu membelenggunya. Hingga akhirnya dia bertekad untuk berontak pada dirinya sendiri dengan menapak langkah satu demi satu dalam hempasan badai yang menghantam.

Dia diberi nama Jaya Sukarna

Jaya  kecil dibuang orang tuanya di tengah hutan pada ketika masih bayi dan ditemukan oleh seorang kakek yang teramat miskin. Mata pencaharian sang kakek hanya penjual rumput dan kayu bakar. Jerih payahnya itu di jual ke pasar dengan cara barter kebutuhan pokok, misalkan beras, gula, kopi, dan gandum.  Itu pun hanya cukup untuk kebutuhan hidup beberapa minggu saja. Akan tetapi kehadiran Jaya mampu memberi letupan kebahagiaan tersendiri untuknya.

Jaya kecil menjelma seperti malaikat bagi diri sang kakek. Bertahun-tahun sang kakek hidup sebatang kara setelah kepergian istri tercinta beberapa tahun silam di tengah hutan yang sepi. Tanpa mempunyai anak, ia berjuang melawan terpaan kehidupan yang keras.

Kehadiran Jaya walaupun itu berawal dari musibah yang menimpanya, sang kakek menganggap ini adalah bagian dari hadiah Allah SWT untuknya. Diperkirakan setelah usia Jaya hampir beranjak tujuh tahun, sang kakek akhirnya sepakat berpikir untuk pindah tempat tinggal yang agak dekat dengan pemukiman penduduk. Diharapkan agar Jaya menerima pendidikan dari seorang guru. Akhirnya Jaya dapat bersekolah dan menerima pelajaran dengan sangat baik.

Dan sang kakek meninggal dunia

Kepergian kakek membuat Jaya semakin gigih mengejar mimpinya. Dia putuskan untuk meninggalkan desanya yang indah dan cantik. Sungguh amat berat rasanya meninggalkan tempat dimana dia dibesarkan. Dia amat mencintai desa itu. Karena disana memberikan inspirasi positif kedalam pikirannya. Bukan hanya dia menikmati keindahan alam panoramanya yang sering disebut dengan sebutan “ A beautiful land of the dry paddies “. Karena disana banyak sawah-sawah bertingkat penuh padi yang subur dan cantik. Bagaimana mungkin dia bisa meninggalkannya? Namun keinginan untuk bangkit dan hijrah amat kuat. Dalam sudut jiwanya terpancar cita-cita mulia untuk sesamanya. Dia ingin mencerdaskan anak bangsa dari buta ilmu dan akidah. Dari berita yang dia liat dari saluran tv di balai desa, dia amat merasakan keterpurukan mental para generasi bangsa ini dan amat prihatin dengan keadaan itu.

Jaya pun hijrah ke ibu kota dengan berbekal ilmu yang dimiliki dan segenap kemampuan yang ada pada dirinya. Tak dapat dibayangkan bahwa kehidupan kota jauh amat menggores jiwa. Di kota tidak ada lagi kasih, semua penuh ego dan sadisme. Semua kebutuhan harus pakai uang sampai keluar hajat pun pakai uang, beda dengan kehidupan desa yang akrab dan bersabahat. Tapi karena tekad Jaya sekuat baja maka dia tetap bertahan.

Dari cleaning service sampai tamat kuliah

Tanpa rasa malu Jaya melamar pekerjaan seadanya demi isi perut. Dia bekerja disebuah restoran di sudut ibukota bukan sebagai waiters tetapi cleaning service dengan gaji yang hanya cukup untuk makan saja. Tapi hal itu tidak mengecilkan hatinya bahkan dirinya menjadi lebih giat lagi. Tetes demi tetes peluh yang mengalir membasahi wajahnya membuat dia semakin bersemangat. Hal itu membuat Pak Musa si pemberi kerja semakin salut kepadanya. Dalam waktu yang tidak lama Jaya diangkat sebagai asisten pribadinya untuk mengelola bisnis percetakannya.

Keadaan ini membuat taraf hidup Jaya menjadi lebih baik. Dia mulai bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan menyewa kamar kecil untuk berteduh dan beribadah sepulang bekerja. Beberapa waktu kemudian Jaya mendaftar SPMB. Dia mengambil ilmu hukum di sebuah universitas negeri ternama di ibukota. Ternyata Jaya lulus ujian masuk dengan nilai tertinggi dan dia mendapat beasiswa pendidikan sampai tamat.

Jaya selalu mengikuti dan menyimak semua pelajaran yang diajarkan tanpa kendala. Dari sisi social kampus, Jaya aktif dalam semua organisasi. Namanya melegenda di seluruh sudut kampus. Hampir semua penghuni kampus mengenalnya, karena Jaya merupakan motivator yang memberikan kontribusi positif untuk para mahasiswa.

Apakah mencintai itu sebuah dosa?

Suatu ketika usianya yang beranjak dewasa terasa hidupnya hadir secerca pelita yang memberi terang seluruh ruang hatinya yang kosong dan hampa. Seorang gadis cantik membuat jiwanya kebat-kebit. Ada sejumput perasaan bersalah apabila dia harus mengingkari keadaan yang sebenarnya. Ada keraguan menyisir hatinya luruh. Di buatnya penekanan terhadap segala bentuk kemaksiatan hati. Sudut hatinya yang terdalam terus bergejolak, apakah mencintai itu dosa?

Jaya amat hati-hati dalam menata hatinya. Dia takut lengah dan terperosok ke dalam jurang kemaksiatan. Tekadnya sudah bulat untuk menyimpan cinta yang telah hadir dalam jiwanya. Biar saja Allah yang tahu tentang perasaannya kali ini. Dia tak inginkan cintanya kepada Allah terkotori oleh perasaan lain. Biar saja kalau memang jodoh dia sandarkan untuk ta’aruf dan semua keadaan biar Allah yang tentukan. Pandangan Jaya jauh keangkasa raya. Sambil melihat bintang-bintang.

Jaya belum tahu apa yang akan terjadi esok, karena tugas dia adalah meniti masa sekarang demi kemajuan generasi bangsa yang akan datang.
Read More..

Benteng dalam Himpitan Ekonomi

Himpitan ekonomi memang membuat mata menjadi buta dan telinga menjadi tuli. Sehingga membuat seseorang mampu melakukan sikap yang diluar kebiasaan alias menyimpang dari yang ada. Seperti yang diungkapkan oleh seorang ahli kriminologi yang bernama Glueck Yamp di tahun 1995 yang menyatakan bahwa perkembangan ekonomi yang stagnan dapat menimbulkan kecenderungan sebagian masyarakat untuk melakukan kejahatan.

Motif kajian klasik yang terjadi saat ini adalah masalah status ekonomi yang disinyalir hanya berlaku untuk kaum kelas menengah kebawah. Buktinya tidak seluruhnya kajian itu dibenarkan, nyatanya saat ini banyak pelaku kejahatan yang secara status sosialnya kelas menengah keatas pun tidak terlepas dari keterlibatan kejahatan. Sekali lagi, pelaku kejahatan tidak hanya dari kelas status sosial menengah ke bawah saja.

Terdapat banyak jenis dan bentuk kejahatan saat ini yang dikemas sedemikian khusus dan elite sehingga dalam pandangan umum tidak nampak sebuah kejahatan misalnya korupsi yang mencakar negeri ini. Padahal apabila dicermati lebih lanjut dalam kasus perkara kejahatan bisa dikatakan bahwa kasus tersebut merupakan kasus kejahatan tingkat atas karena korbannya menyangkut kepentingan umum. Selain kejahatan yang terkesan elite tersebut juga menjurus pada kejehatan dalam perlakuan sadisme mulai dari kasus mutilasi, kasus pemerkosaan di dalam angkot, perampokan, pencurian dan sebagainya.

Terlepas dari itu semua pertanyaan yang pantas kita lontarkan bukan siapa yang salah atau hukuman apa yang pantas diterima oleh pelaku kejahatan tersebut itu saja, melainkan bagaimana cara untuk mengatasi agar kejahatan dapat diberantas dan angka pelaku kejahatan dapat ditekan seminimal mungkin. Ini adalah tugas kita semua dalam membentengi diri dan lingkungan dari pengaruh jahat.

Read More..

Antara Bloody Mary dan Bulshitan

Dari kecil sering gue denger kisah Bloody Mary entah itu di tipi atau di film kartun. Gue inget bener kalo Bloody Mary digambarin sebagai roh jahat yang demen banget goresin mata atau dalam bahasa betawinya adalah 'tukang nyolokin mata' setelah dipanggil keluar dari dalam cermin. Menurut urban legend di Amerika, dia adalah sesosok hantu dari seorang ibu yang membunuh anak-anaknya. Wew.. orangtua sinting kali ya!

Meskipun ada banyak versi dari cerita ini, mungkin sosok yang paling populer terarah kepada seorang wanita bernama Maria Worth yang tewas mengenaskan dalam kecelakaan mobil puluhan tahun silam. 

Namun beberapa orang menyatakan bahwa Bloody Mary pada masa hidupnya ialah seorang penyihir yang dibakar di tiang pancang dan kembali ke dunia untuk membalas dendam. Dan ada juga versi lain yang menyebutkan tentang seorang wanita bernama Mary Whirnington yang dikabarkan meninggal di depan cermin. 

Entah cerita mana yang bener. Pastinya kata orang sono, kalo lo pengen melihatnya, masuklah ke kamar mandi (biasanya di toilet sekolah) dengan mematikan lampu. Berdirilah tepat di depan cermin lalu ucapkan namanya sebanyak tiga kali, "Bloody Mary... Bloody Mary ... Bloody Mary ..." 

Konon para pelajar di AS banyak memiliki pengalaman bertemu dengannya setelah ngucapin kata-kata tersebut. Dan kalo lo emang penasaran sosok Bloody Mary yang sebenarnya, gak ada salahnya jika lo menanyakan langsung kepada yang bersangkutan dengan cara berada di dekat cermin dalam kegelapan total, lalu sebutlah namanya sebanyak tiga kali. Setelah itu whatever lah apa yang lo temuin...and jangan lupa pake helm ya. Hehehe...
Read More..

Inilah Dampak dari Ibu Hamil yang Depresi

Depresi secara klinis dan kekhawatiran selama masa kehamilan ibu hanya menghasilkan bayi-bayi yang memiliki postur tubuh kecil dan lebih mungkin meninggal pada masa kecilnya, demikian menurut sebuah penelitian dalam Jurnal BMC Public Health. Studi ini yang memusatkan perhatiannya pada wanita yang tinggal di daerah pinggiran Banglasdesh telah menghasilkan temuan pertama dibidangnya pada penduduk yang bukan orang Barat.

Penelitian menunjukkan bahwa isu kesehatan mental bisa jadi sebagai kontributor utama terhadap mortalitas / angka kematian bayi dan kesehatan yang buruk pada anak, terkait dengan kemiskinan, kurang gizi atau status ekonomi keluarga yang rendah. Sebuah kerjasama antara peneliti pada Institut Karolinka di Swedia dan BRAC (Bangladesh Rural Advancement Committee) telah menguji kesehatan mental dari 720 wanita pada semester ketiga dari kehamilan wanita di dua daerah sub distrik Bangladehs untuk mengetahui gejala depressi sebelum melahirkan (Edinburgh Postpartum Depression Scale) dan kekhawatiran sebelum melahirkan (State Trait Anxiety Inventory) dan terus memantau mereka hingga 6 - 8 bula pasca melahirkan.

Berat bayi-bayi hanya sekitar 81% dari jumlah bayi yang lahir yang diukur selang waktu 48 jam setelah dilahirkan dan data awal menunjukkan infiormasi bidang keadaan sosial ekonomi, antropometrik, riwayat kehamilan dan kondisi sosial yang mendukung lainnya. Peneliti utama Hashima E - Nasren menjelaskan, "Delapan belas persen dari wanita yang kami teliti pada dua sub distrik Bangladesh didiagnosa megidap depressi dan seperempatnya memiliki kecemasan selama kehamilan, dan wanita-wanita tersebut lebih mungkin melahirkan bayi yang relatif kecil ukurannya. Hal ini menjadi masalah yang mencemaskan karena berat tubuh bayi lahir yang rendah sangat kuat kaitannya dengan kematian bayi yang pada gilirannya melanggengkan siklus masalah kesahatan mental dan keterbelakangan perkembangan.

Studi ini sekaligus meningkatkan kesadaran akan arti pentingnya depresi dan kekhawatiran yang akan bermuara pada kesehatan yang buruk terutama di negara Asia Selatan. Hal ini juga sekaligus menyarankan bahwa salah satu cara mencapai MDG (Millennium Development Goal) yang disepakati secara internasional yaitu untuk mengurangi tingkat mortalitas anak-anak di negara berkembang adalah investasi pelayanan bidang peningkatan kesehatan jiwa di negara tersebut.

Referensi : 
  • Hashima-E Nasreen, Zarina N Kabir, Yvonne Forsell dan Maigun Edhborg: "Low birth weight in offspring of women with depressive and anxiety symptoms during pregnancy: Results from a population based study in Bangladesh"
  • BMC Public Health

Read More..
Flag Counter
 
'